Hal ini terjadi karena kedua negara punya sejarah persaingan dan konflik di masa lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan antara Malaysia dan Indonesia juga kerap diwarnai masalah, mulai dari TKI (Tenaga Kerja Indonesia), klaim sepihak Malaysia pada sejumlah aset budaya Indonesia hingga penangkapan petugas Kelautan Indonesia oleh kepolisian Malaysia.
Insiden terakhir malah menyulut aksi demonstrasi, pembakaran bendera hingga permintaan pemutusan hubungan diplomatik. Jadi, bagaimana publik Indonesia menilai Malaysia?
Berdasarkan survei yang dilakukan LSI (Lingkaran Survei Indonesia), sebanyak 59,2 persen warga Indonesia menyatakan ketidaksukaannya terhadap negeri Jiran. Angka ini lebih tinggi dibandingkan ketidaksukaan publik terhadap negara lain seperti AS (46,4), Australia (35,5), Inggris (33,1), Prancis (31,7) dan Singapura (25,9). Hanya 33,3 persen orang Indonesia yang menyatakan suka atau cukup suka dengan Malaysia.
Menurut peneliti dari LSI Ardian Sopa, ada beberapa faktor yang menjadi penentu ketidaksukaan publik Indonesia terhadap Malaysia. “Yang paling utama adalah persepsi terhadap nasib TKI di luar negeri. Semakin tinggi seseorang menilai TKI diperlakukan secara buruk di Malaysia, semakin tinggi pula ketidaksukaan pada Malaysia,” terang Ardian dalam jumpa pers di Jakarta, kemarin
Ardian menambahkan, persepsi terhadap hubungan Indonesia-Malaysia juga terlihat dalam usaha pemerintah menyelesaikan masalah. “Selama ini publik menilai pemerintah kurang bersungguh-sungguh menyelesaikan masalah hubungan luar negeri. Sebanyak 67,5 persen orang Indonesia mempersepsikan hubungan dua negara bertetangga ini buruk,” imbuh Adrian.
Tingkat kebanggaan orang Indonesia terhadap negaranya tercatat sangat tinggi, yaitu 92,1 persen. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kebanggan warga Malaysia terhadap negaranya yang hanya menembus 79,3 persen, berdasarkan survei World Value Survey (WVS). Indonesia unggul atas Filipina (87,4), Singapura (86,6), Thailand (89,9) dan hanya kalah dari Vietnam (96,4).
“Jika Indonesia memenangi Piala AFF, rasa kebanggaan terhadap negara kemungkinan meningkat. Hubungan kedua negara juga bisa membaik karena permasalahan yang ada terlupakan oleh euforia. Kalaupun nantinya kalah, saya rasa tak banyak perubahan karena selama ini rasa kebanggaan publik Indonesia selalu di atas 90 persen,” tukas Ardian.
Survei LSI pada Maret 2005 menunjukkan 95,5 persen orang bangga menjadi warga Indonesia. Angka ini sedikit turun dari April 2006 (93 persen) dan September 2007 (93,1 persen). Secara keseluruhan, rasa kebanggaan ini relatif konstan di atas angka 90 persen. Survei LSI menggunakan metode Multistage Random Sampling (MRS) dengan 1000 responden dari seluruh wilayah Indonesia, dengan margin of error sekitar lima persen.
udh deh..
jgn brantem2 ,aku jadi sedih kan
hehehe...
ayo donk..
BalasHapuscoment!!